Akhir-akhir ini, sering kita jumpai berbagai info liar di jejaring sosial, terutama Facebook dan aplikasi WhatsApp. Berita yang beredar ada yang terperinci sumber dan kebenarannya, foto-foto hoax yang sengaja disebarkan serta jenis info lainnya.
Sebagai pengguna jejaring sosial yang baik, sebaiknya kita jangan asal menyebarkan berita!


Facebook merupakan jejaring sosial yang pernah menjadi sorotan dan ramai diperbincangkan alasannya yaitu diduga ikut berperan dalam kemenangan Donal Trump sebagai presiden Amerika Serikat. Banyak sekali info hoax yang beredar pada jejaring sosial ini yang kemudian mengantarkan Trump menjadi pemenang dalam pemilu.

Mark Zuckeberg selaku pendiri dan pemilik Facebook hingga harus angkat bicara soal info hoax ini yang ia sampaikan dalam statusnya, "Informasi yang beredar persentasenya memang relatif kecil, tapi kami siap untuk memperbaikinya menjadi lebih baik".

Seiring teknologi yang terus berkembang, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak pihak-pihak tertentu yang sengaja memanfaatkan layanan jejaring sosial. Mereka menggunakannya untuk membuat dan  kemudian menebar informasi hoax atau provokatif, serta tidak sedikit info yang beredar bernada kebencian atau hate speech.

Dan faktanya, tidak semua pengguna jejaring sosial bijak dalam menyaring informasi yang mereka lihat, bahkan kesudahannya menjadi reaktif. Mereka eksklusif men-share ulang kabar yang beredar di media sosial. Padahal mungkin informasi itu dapat memancing bahaya, permusuhan terkait SARA misalnya.

Padahal tanpa mereka sadari ada banyak oknum yang sengaja membuat situs untuk tujuan memecah belah. Selain itu, ada juga tujuan komersil yang dikelola oleh oknum tersebut, yaitu membuat situs hoax hanya untuk menerima uang melalui iklan lewat Google AdSense. Dan sayangnya, mereka yang menebar informasi hoax tidak tahu bahwa pendapatan yang diperoleh dari AdSense per harinya mampu mencapai jutaan rupiah!

Self-Filtering itu, penting!

Beberapa kali kita pernah mendengar bahwa pemerintah sempat memblokir sejumlah situs radikal. Namun pemblokiran bukanlah satu-satunya solusi. Masih ada cara lain yang lebih efektif, yaitu dengan melibatkan pengguna internet sendiri dengan pendekatan self-filtering.

Kenapa self-filtering? Karena setiap pengguna internet dapat menyaring informasi yang diterimanya lebih dulu sebelum mempostingnya. Kalau misalnya ada akun yang menyebarkan informasi yang membuat kita tidak nyaman, sebaiknya laporkan postingan tersebut (Report post) menjadi postingan hoax atau mengklik "I don't like this post".

Selamjutnya, jikalau ada akun yang dirasa sudah sangat mengganggu, apa boleh buat, mampu dilakukan langkah tegas. Misalnya dengan memblokir, meng-unfollow/unfriend akun tersebut.

Dan yang harus selalu kita tahu yaitu jikalau kita ikut menyebarkan informasi hoax atau hate speech di jejaring sosial, itu berarti kita ikut membantu menyebarkannya. Karena itu setiap pengguna media umum diimbau semoga "Think before posting", "Wise while online".

Media sosial sebaiknya dimanfaatkan untuk mengembangkan hal-hal yang bermanfaat dan inspiratif. Seperti mengembangkan pendidikan, mencari informasi yang bermanfaat, mencari berita gaya hidup yang baik dan mampu dijadikan pola serta berita-berita bermanfaat lainnnya.

Karena, "Jempolmu, harimaumu!" Ya, ungkapan ini sekarang menjadi kalimat yang populer setelah pengguna internet berbagai yang tidak mampu memfilter apa yang ia share.

Semoga bermanfaat dan salam bahagia dari Bondowoso..
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top