Tahun pelajaran 2017/2018 menjadi tahun istimewa bagi saya di sekolah. Ya, selain masih dipercaya untuk mengampu mata pelajaran, tahun ini saya juga dipercaya untuk menjadi salah satu wali kelas, kelas IX. Tugas gres yang saya anggap sebagai media untuk mencar ilmu lebih banyak hal lagi.

Menjadi wali kelas tanpa pengalaman sebelumnya memang menjadi tantangan sendiri bagi saya, terlebih dengan jumlah siswa 29 orang yang beberapa diantaranya naik bersyarat. Sejak awal-awal KBM dimulai, banyak dilema yang telah saya hadapi bersama 29 anak 'bukan kandung bukan tiri' ini.

Namun alasannya yakni semenjak mendapat SK wali kelas sudah saya niatkan untuk belajar, ternyata hingga ketika ini saya belum megalami dilema yang cukup kompleks. Beberapa dilema masih bisa saya selesaikan menyerupai mengatasi anak yang jarang masuk sekolah alasannya yakni sakit, ketiduran, tidak megerjakan peran dan lainnya.

Tiga kali memanggil wali murid, alhamdulillah semuanya lancar meski balasannya terpaksa satu anak harus mutasi keluar alasannya yakni tidak kerasan di pesantren. Satu anak melalui pembinaan BK dan satu anak lagi pembinaan BK disertai pemantauan kepala sekolah. Lumayan sibuk memang, selain itu juga membutuhkan fikiran dan tenaga tambahan, namun di luar semua itu ada banyak manfaat yang bisa saya dapatkan dari peran gres ini. Yang paling terasa manfaatnya yakni mencar ilmu untuk mendidik anak sendiri dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada wali murid dengan latar belakang yang beragam.

Nah, setelah KBM berjalan sudah satu triwulan dan berdasarkan pengalaman pribadi, menjadi wali kelas itu mudah-mudah sulit 😀. Ya, mudah alasannya yakni banyak manfaat, sulit alasannya yakni membutuhkan fikiran dan tenaga ekstra. Tapi berikut ini saya punya tips sederhana bagaimana menjadi wali kelas yang baik, paling tidak baik dimata anak-anak.


1. Terapkan Perjanjian dan Kesepakatan Belajar di Awal
Bersama siswa, perjanjian dan kesepakatan mencar ilmu saya beri nama kontrak mencar ilmu dan saya sampaikan di awal ketika penentuan ketua kelas, pembagaian kegiatan pelajaran, kegiatan piket dan kelompok belajar.

Kontrak mencar ilmu menjadi penting disampaikan di awal alasannya yakni siswa bisa memahami hak dan keajibannya semenjak dini selama di sekolah, khususnya di kelas. Kontrak mencar ilmu dibuat semenarik mungkin, bisa dikemas sendiri bersama siswa.

Sepengalaman saya, saya membuat kesepakatan diluar tata tertib sekolah. Namun, kesepakatan ini yakni demi kebaikan bersama. Seperti, kami sepakat kalau siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan selama 2 hari berturut-turut, maka saya akan menyampaikannya kepada orang renta lewat telepon. Pun begitu ketika siswa izin pulang atau sakit lebih dari 3 hari, saya akan mengkonfirmasi hal ini kepada wali murid. Pada hari pertama di kelas, kami banyak mengambil kesepakatan-kesepakatan yang kemudian saya catat dalam Buku Catatan Wali Kelas.

A post shared by Abdur Rosyid (@rosyidkopputih) on

Seorang wali kelas mempunyai hak penuh untuk menyampaian dan membuat kontrak belajar, asal tidak terlalu keluar jauh dari tata tertib sekolah. Sekali lagi, buatlah kontrak mencar ilmu semenarik dan seasyik mungkin. Agar siswa merasa nyaman berasa dikelas dan memiliki wali kelas kita 😉.

2. Kenali dengan Baik Masing-masing Siswa
Bukan diam-diam lagi, banyak guru yang sering lupa nama siswanya. Maklum, gurunya banyak pikiran 😀. Namanya Doni dipanggil Riko alasannya yakni ada kemiripan wajah, kemiripan postur badan dan lainnya. Apalagi guru yang pertama kali jadi wali kelas dengan siswa baru. Tentu wajar kalau saya sering lupa nama masing-masing siswa.

Namun, alasannya yakni peran wali kelas cukup banyak untuk menangani siswanya, maka hal ini harus diminimalisir. Seorang wali kelas paling tidak harus tahu dan kenal kepada masing-masing siswanya. Jika tidak hafal nama, paling tidak hafal wajah.

Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni membuat buku blanko data lengkap siswa. Mulai dari nama, alamat, nama orang tua, nomor hp dan yang pasti foto. Biar tidak salah orang, hehe. Dengan cara ini dijamin seorang wali kelas bisa mengenal siswa-siswanya.


3. Curhat ke Wali Kelas, yuk!
Setiap hari Rabu jam ke 5-6 saya memiliki jam mengajar dikelas saya sendiri. Proses KBM yang saya lakukan tidak ada yang berbeda dengan kelas-kelas lainnya. Saya memberikan materi menyerupai biasa. Hanya 15 menit sebelum jam pelajaran habis hingga 15 menit waktu istirahat saya menggunakannya untuk sesi curhat bersama anak-anak.

Dalam sesi curhat ini semua masalah  saya bahas. Mulai dari pembayaran Biaya Pendidikan Santri (BPS), dilema siswa dengan guru, siswa dengan siswa, hingga dilema eksklusif siswa. Intinya pada sesi ini benar-benar yakni sesi kami, saya dan seluruh siswa. Apapun silahkan disampaikan. Jika saya bisa menjawab, maka akan saya jawab. Jika tidak, biasanya saya catat dan saya bawa pada rapat wali kelas yang dilaksanakan oleh BK setiap satu bulan sekali.

Sesekali ada siswa yang memberikan masalahnya secara pribadi. Namun kalau masalahnya benar-benar eksklusif dan bersifat privasi, saya biasanya mengajak siswa yang bersangkutan ke kantor BK. Dikantor BK suasananya lebih nyaman dan rileks. Apalagi sudah tersedia konselor yang siap menyelesaikan masalah.

Dengan adanya sesi Curhat ke Wali Kelas ini saya sangat terbantu sekali. Saya jadi banyak tahu apa saja dilema anak-anak, orang tua, sahabat kamar dan semuanya.

4. Selalu Jaga Privasi Siswa
Ada kalanya seorang wali kelas harus menjadi juru kunci dari semua dilema siswa-siswanya. Baik dilema yang bersifat eksklusif dan dilema lainnya. Tidak seyogyanya wali kelas membicarakan dilema siswa pada forum yang tidak jelas.

Intinya, siswa-siswa saya sama dengan anak sendiri. Kaprikornus dilema mereka juga dilema saya. Jika dilema itu penting dibahas pada sebuah forum, ya saya bahas. Jika tidak, rasanya sangat tidak perlu untuk membahasnya.

Selain menjadi juru kunci, wali kelas juga memiliki peran untuk mencari solusi dan memecahkan masalah. Jika tidak bisa dipecahkan sendiri, bisa dikonsultasikan kepada kepala sekolah atau pihak yang dianggap bisa mencarikan solusi.

5. Kunjungan ke Rumah atau Memanggil Orang Tua ke Sekolah
Sejatinya, langkah ini hanya saya lakukan kalau ada siswa yang bermasalah. Beberapa kali saya sudah melakukannya, sekali mengunjungi kerumah alasannya yakni siswa sakit sangat lama dan 3 kali memanggil orang renta ke sekolah alasannya yakni siswa jarang masuk.

Langkah ini bermanfaat banget, lho! Bisa bersilaturrahim, mengenal banyak orang dari banyak sekali latar belakang dan yang pasti turut serta membantu menangani perkembangan seorang siswa dengan bahu-membahu mencarikan solusi. Selain itu, kunjungan ke rumah atau pemanggilan orang renta ke sekolah juga tidak melulu alasannya yakni ada masalah. Bisa saja lagkah ini bisa kita jadikan media untuk lain hal ketika anak yang bersangkutan sudah bukan lagi menjadi tanggungan kita sebagai wali kelas. Sebagai kekerabatan bisnis misalnya 😆.

6. Menjadi Pendamping yang Selalu Ada
Selain 5 poin di atas, 1 poin terakhir ini juga penting dilakukan oleh wali kelas. Sekolah biasanya mengadakan kegiatan yang sifatnya kompetisi. Misalnya, peringatan hari pendekar yang dirayakan dengan kegiatan lomba dan permainan. Sebagai wali kelas yang baik, hendaknya mendampingi ketika siswanya mengikuti kegiatan tersebut.

Dengan melaksanakan pendampingan pada semua kegiatan yang diadakan sekolah, akan memberikan kepada siswa bahwa kita sebagai wali kelas sangat peduli dan perhatian kepada mereka. Jika menang dalam suatu kompetisi berikan penghargaan. Jika belum beruntung jangan jadikan hinaan atau masalah.
Intinya, buktikan bahwa kita wali kelas yang sangat memperhatikan mereka dalam segala hal!

Menjadi wakil dari orang renta siswa memang tidak mudah. Namun juga tidak begitu sulit. Semoga saja pengalaman ini bisa menjadi bacaan untuk pengajar-pengajar yang akan mengemban peran sebagai wali kelas.

Tips di atas bersifat pribadi, pengalaman yang pernah saya lakukan dan alami. Pastinya ada banyak tips-tips lainnya yang lebih bagus. Monggo, sharing bersama.

Salam bahagia dari SMP Nurul Jadid Paiton..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top